Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan di Indonesia khusunya di pulau jawa adalah umbi-umbian seperti singkong atau ubi kayu. Kondisi tanah dan iklim Indonesia sangat cocok untuk ditanami singkong. Di Indonesia, singkong telah dapat diolah lebih lanjut menjadi gaplek, sawut, tepung tapioka, tepung singkong dan yang terbaru adalah tepung mocaf. Beberapa produk yang telah disebutkan seperti gaplek, sawut, tepung tapioca dan tepung singkong sudah tidak asing lagi di telinga namun bagaimana dengan tepung mocaf ? Tepung apa ini?
Tepung Mocaf dikenal sebagai tepung singkong alternatif pengganti terigu. Kata MOCAF sendiri merupakan singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi.Tepung MOCAF memiliki karakter yang berbeda dengan tepung ubi kayu biasa dan tapioka, terutama dalam hal derajat viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut yang lebih baik.
Secara umum bahan baku singkong yang digunakan bisa dari varietas apa saja namun lebih baik gunakan yang berkadar asam sianida rendah. Disebutkan pula bahwa bahan baku singkong yang didapat dari daerah dataran tinggi akan menghasilkan randemen yang bagus dibandingkan singkong dari dataran rendah. Untuk membuat 1 kg mocaf diperlukan 3 kg singkong.
Prospek Pengembangan
Tepung mocaf memliki prospek pengembangan yang bagus, pertama dilihat dari ketersediaan singkong sebagai bahan baku yang berlimpah sehingga kemungkinan kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak tergantung dari impor seperti gandum; kedua yaitu harga tepung mocaf relatif lebih murah dibanding dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya pembuatan produk dapat lebih rendah. Harga MOCAF Rp. 5.500/kg, sedangkan terigu Rp. 7.000/kg; dan yang ketiga adalah pasar lokalnya sangat prospektif karena begitu banyak industry makanan yang menggunakan bahan baku tepung.
Dari beberapa alasan diatas dapat disimpulkan bahwa lahirnya teknologi produksi tepung singkong modifikasi (MOCAF) membuka peluang bisnis besar. Keberadaan tepung mocaf sebagai alternatif dari tepung terigu akan bermanfaat bagi industri pengolahan makanan nasional. Jenis dan karakteristik yang hampir sama dengan terigu, namun dengan harga yang jauh lebih murah membuat tepung mocaf menjadi pilihan yang sangat menarik.
Prinsip pembuatan:
Prinsip pembuatan tepung mocaf adalah dengan memodifikasi sel ubi kayu atau singkong secara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih baik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan mocaf meliputi tahap-tahap penimbangan, pengupasan, pemotongan, perendaman (Fermentasi), dan pengeringan.
Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen penimbul warna, seperti pigmen (khususnya pada ketela kuning), dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna MOCAF yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa dan juga berbau netral( tidak berbau apek khas singkong). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung dari terigu. Sehingga produk MOCAF sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan.
Penggunaan:
Hasil uji coba menunjukkan bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai bahan baku, baik substitusi maupun seluruhnya, dari berbagai jenis produk bakery seperti kue kering (cookies, nastar, dan kaastengel dll), kue basah (cake, kue lapis, brownies, spongy), dan roti tawar. Selain itu tepung MOCAF juga dapat digunakan dalam pembuatan bihun, dan campuran produk lain berbahan baku gandum atau tepung beras. Hasil produk berbahan mocaf ini tidak jauh berbeda dengan produk yang menggunakan bahan tepung terigu maupun tepung beras.
Disamping itu, telah juga dilakukan uji coba substitusi tepung terigu dengan MOCAF dalam skala pabrik yang menunjukkan bahwa untuk menghasilkan mie mutu baik dapat digunakan tepung MOCAF hingga 15% untuk mensubstitusi tepung terigu, sedangkan untuk menghasilkan mie kualitas rendah, tepung terigu dapat disubstitusi dengan tepung MOCAF hingga kadar 25%.
Agar Singkong Lebih Bergizi
Singkong merupakan pangan lokal yang telah lama diminati oleh masyarakat. Pada zaman perang, saat masuknya Jepang ke Indonesia, beras sangat langka dan sulit didapat, tetapi masyarakat tidak kurang akal. Kita semua memanfaatkan singkong sebagai pengganti nasi. Ini berarti masyarakat telah mengenal makanan yang mengenyangkan (sumber karbohidrat), memilih singkong sebagai makanan pokok karena mudah didapat di pasar.
Sebenarnya saat itu sumber karbohidrat jenisnya sangat banyak, seperti talas, ganyong, dan ubi. Namun, yang populer adalah singkong yang dimasak dengan diparut (sawut) yang bentuknya mirip nasi. Ditinjau dari segi gizi, selain merupakan sumber kalori, singkong juga mengandung protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin B dan vitamin C.
Kandungan protein yang kecil dapat dipadukan dengan protein dari lauk-pauk sehingga dapat melengkapi kebutuhan sehari-hari. Juga dapat melengkapinya dengan sayuran dan buah.
Sekarang ini para ahli telah banyak memanfaatkan singkong menjadi industri seperti dibuat beras aruk yang berbentuk butiran menyerupai beras. Ini dapat diolah menjadi nasi aruk atau dapat dicampur dengan beras dan rasanya tetap nikmat. Selain itu, juga diolah menjadi mi cassava (singkong).
Mi singkong ini merupakan produk olahan campuran tepung singkong dan pati singkong yang dapat dibuat dalam bentuk basah maupun kering. Salah satu produk yang terkenal adalah mi bendo, produk ini dihasilkan oleh pengusaha di Desa Bendo, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY.
Industri tepung cassava
Tepung cassava adalah tepung yang dibuat secara langsung dari singkong yang dikeringkan dan dijadikan tepung, tetapi bukan dibuat gaplek sehingga warnanya masih keputihan. Tepung inilah yang kemudian diolah menjadi mi dan hasil masakan dari mi ini tetap nikmat. Hal ini bergantung pada bagaimana mengolah resepnya dan campuran isinya.
Karena singkong dianggap bernilai sosial rendah dalam era globalisasi, kita dapat mengangkatnya sesuai selera global. Misalnya, selera serba mentega dan telur menjadi cake atau dengan selera serba keju dibuat combro yang rasanya lebih nikmat sehingga pastinya akan diminati karena dimodifikasi dengan penambahan keju.
Ini hanyalah salah satu contoh, sebenarnya hidangan apa pun jika diramu dengan perpaduan yang lengkap gizi akan menjadi hidangan yang sehat dan nikmat. Oleh karenanya, jangan meremehkan satu jenis makanan karena jika diracik dan dipadu dengan bahan dan bumbu yang tepat, akan menjadi hidangan yang nikmat, malahan bergizi dan sehat.
Oleh: Ibu Tuti Soenardi (KOMPAS)
Sumber :
http://female.kompas.com
http://www.kursustristar.com
No comments:
Post a Comment